PUSKESMAS KALIMANGGIS

"CEKAS" (Cakap, Empati, Kompeten, Amanah, Simpati)


Gejala Pembekuan Darah pada Vaksin AstraZeneca, Ini Kata Dua Guru Besar

TEMPO.CO, Jakarta – Beberapa kasus ditemukan bahwa pasien mengalami gejala pembekuan darah setelah menerima vaksin AstraZeneca. Kasus tersebut terjadi di beberapa negara, seperti Norwegia, Islandia, bahkan ada korban yang meninggal dunia di Denmark.

Baca:

WHO Desak Dunia Tak Hentikan Vaksinasi Setelah Kasus Vaksin AstraZeneca

Menanggapi hal tersebut, Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Ari Fahrial Syam menjelaskan, pihaknya belum mendengar kabar tersebut. Namun, menurutnya, itu artinya ditemukan efek samping yang serius.

“Pada prinsipnya, jika akan digunakan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) harus melakukan evaluasi mengenai temuan di luar negeri tersebut,” ujar dia melalui sambungan telepon, Senin malam, 15 Maret 2021.

Menurut Badan Obat-obatan Denmark, gejala usai vaksin AstraZeneca tersebut sangat tidak biasa. Karena pihaknya menemukan bahwa pasien tersebut memiliki jumlah trombosit dan gumpalan darah yang rendah di pembuluh darah kecil dan besar.

Menurut Ari, yang juga Dekan FKUI itu, pada dasarnya, apabila ditemukan efek samping vaksin AstraZeneca yang signifikan di tempat lain, maka harus dilakukan asesmen menyeluruh. “Mending ya ditunda saja dulu. Apalagi vaksin ini tidak melalui uji klinis di Indonesia,” kata Ari.

Dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, BPOM juga menerangkan bahwa pihaknya menunda sementara penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca di Indonesia sambil menunggu konfirmasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan The Strategic Advisory Group of Experts on Immunization (SAGE) terkait keamanan vaksin.

BPOM masih melakukan komunikasi dengan dua lembaga tersebut untuk penggunaan vaksin AstraZeneca. Pihak BPOM juga mengaku sudah melakukan proses evaluasi terhadap vaksin Covid-19 AstraZeneca.

Dikutip Reuters, Senin, Badan Obat-obatan Eropa (EMA) melaporkan tidak ada indikasi bahwa kejadian itu disebabkan oleh vaksinasi. Sedangkan pihak AstraZeneca mengatakan pada Minggu, 14 Maret 2021, tinjauan data keamanan orang yang divaksinasi dengan vaksin garapannya tidak menunjukkan bukti peningkatan risiko pembekuan darah.

Sementara, dihubungi secara terpisah, Guru Besar dari Universitas Airlangga, Chairul Anwar Nidom, mengaku sudah mengetahui kasus tersebut. Namun, dia menjelaskan bahwa pihak dari AstraZeneca membantah adanya kasus tersebut.

“Tapi beberapa pendekatan disebabkan karena platform vaksin yang dikembangkan adalah mRNA. Pada saat disuntikan mRNA seharusnya membentuk protein spike, selanjutnya vaksin akan merangsang antibodi terhadap spike,” tutur Nidom.

Namun, Nidom berujar, pada kasus tertentu bisa terjadi kelainan mekanisme, di mana mRNA membentuk protein lain (bukan protein spike) terutama pada penderita autoimun, sehingga terbentuk suatu protein immune thrombocitopenia yang akan membentuk platelet darah yang menyebabkan trombis atau penyumbatan darah.

Nidom melanjutkan, memang platform mRNA atau DNA belum pernah dibuat pada pengembangan vaksin, karena selama ini sebatas masih pada tingkat laboratorium. Dan, menurutnya, penundaan vaksin AstrsZeneca di Inggris oleh negara Uni Eropa, juga tidak terlepas dengan masalah politik.

“Tapi keadaan ini tetap menarik untuk diteliti lebih lanjut,” ujar Nidom yang juga profesor di Fakultas Kedokteran Hewan Unair.

Di Denmark, seorang wanita berusia 60 tahun meninggal dunia karena pembekuan darah setelah menerima vaksin AstraZeneca. Sementara beberapa kasus ditemukan di Norwegia, termasuk dalam database efek samping obat dari Badan Obat-obatan Eropa (EMA), termasuk Islandia.

Sumber : Tempo.Co



Satu tanggapan untuk “Gejala Pembekuan Darah pada Vaksin AstraZeneca, Ini Kata Dua Guru Besar”

  1. semangat

    Suka

Tinggalkan komentar